EPISODE 11 – PLAYING VICTIM 2

Tepat pukul 9 pagi Sari sudah berdiri di depan pintu ruangan Mas Suryo. Sari ragu saat  mengetuk pintu,  sayup-sayup terdengar suara Mas Suryo yang sedang bicara. 

“Tok…tok…tok…,” Sari mengetuk pintu sembari menempelkan sedikit daun telinganya di pintu.

“Silakan masuk,” jawab Mas Suryo dan terdengar seseorang menuju ke arah pintu. Seto membuka pintu dan melihat sekilas Sari yang berdiri menanti masuk. 

“Hai Seto, apa kabar?” sapa Sari, mata Seto terlihat  lesu memandang datar ke arah Sari.

“Hai Mba Sari, baik Mba. Silakan masuk Mba gantian,” tangan kanannya mempersilakan Sari masuk dan langsung menutup pintu saat Sari sudah berada di dalam. Langkah Seto diseret malas kembali ke meja kerjanya.

“Pagi, Mas Suryo, maaf ganggu ada waktu sebentar?” pinta Sari dengan sopan masih tetap berdiri melihat Mas Suryo yang sibuk menatap laptopnya di meja dan sedikit menoleh ke arah Sari. Rambutnya berombak tertata rapi, wajah putih yang mulus terawat, mengenakan kemeja putih panjang dengan cufflinks bercorak abstrak yang detail, bergaya sangat metroseksual.

“Silakan duduk, Sar. Kamu mau tanya soal SHU ya? Sorry, belum sempat jawab email kamu karena mondar-mandir orang minta ketemu dengan saya,” ujar Mas Suryo dengan dingin.

“Iya Mas, no problem. Harusnya gak lama diskusinya,” jawab Sari duduk di kursi depan meja kerja Mas Suryo dengan membawa beberapa lembar kertas.

“Saya pusing dengan Seto yang gak ngerti-ngerti saya jelaskan soal hitungan koperasi. Anak sekarang gak mau mikir keras ya. Benar gak Sar?” ucap Mas Suryo dengan nada kesal.

“Seto baru lulus kuliah, Mas. Perlu banyak arahan dan bimbingan, musti sabar juga,” sahut Sari.

“Hmm…gitu ya? Bolak balik lagi orang nanya soal SHU ke saya, mereka gak ngerti atau penjelasan saya yang gak jelas sih! Rasanya mereka yang gak mau ngerti!” Mas Suryo bersungut-sungut menghela napas panjang.

“Mas, kalau saya lihat email yang dikirim Mas Suryo, ada beberapa data dari koperasi yang perlu di-cross check dengan data yang saya miliki supaya memiliki kepahaman yang sama. Tiap bulan koperasi berikan data-data ke saya via email seperti: jumlah utang, cicilan saya, pembelian produk koperasi. Tapi data-data dari Mas Suryo yang dikirim ke saya berbeda dengan data tersebut,” terang Sari memperhatikan Mas Suryo yang matanya yang sering menerawang ke tempat lain.

“Kamu saja sekarang ketemu saya dengan pertanyaan yang sama dengan yang lain. Kok bisa beberapa orang bertanya hal yang sama? Apa kalian sudah kompakan diskusi soal ini untuk membuat seolah-olah saya membohongi kalian?” tuduh Mas Suryo tanpa menatap ke arah Sari.

“Begini Mas…, Mas kirim email mengenai SHU ke semua anggota koperasi dalam waktu yang sama dan pembayaran SHU akan dilakukan serentak pada tanggal yang sama. Logikanya, selama rentang waktu ini sebelum tanggal pembayaran, kita akan banyak bertanya kalau gak paham. Saya pikir gak ada yang menuduh begitu,” sanggah Sari terhadap tuduhan Mas Suryo.

“Sar, kamu perlu tahu Joni saja paham kelelahan saya, jasa saya yang sudah bangun koperasi bertahun-tahun tapi tidak ada yang hargai saya,” keluh Mas Suryo mulai perlahan melembutkan suaranya. “Joni ketemu saya kemarin sore dia agak mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan kamu soal SHU dan tidak menyangka dengan kata-kata kamu, Sar, padahal kelihatannya kalian berteman baik?” tanya Mas Suryo bergumam kepo dengan reaksi Sari.

Mata Sari agak mendelik, hampir terpancing emosinya tapi berusaha menenangkan dirinya, “Mas Suryo, saya hanya bermaksud mengecek data-data saja dan minta klarifikasi sehingga memiliki pemahaman yang sama, karena Mas tahu sebentar lagi saya resign.”

“Sar, Seto sudah datang ke kamu kan menjelaskan semua. Seto sudah bilang ke saya, katanya kamu malah ngomel-ngomel,” ungkap Mas Suryo memperhatikan Sari yang mengatupkan bibirnya dari kedua ujung matanya.

“Bukankah saya tadi dengar ya Mas yang bilang sendiri Seto gak ngerti-ngerti dijelaskan soal hitungan koperasi?” sindir Sari memperhatikan tangan Mas Suryo yang memegang hidungnya, mulai salah tingkah.

Sar, besok saya email saja jawabannya ke kamu ya. Saya sudah baca pertanyaan-pertanyaannya dan sedang saya olah. Cross check supaya memiliki kepahaman yang sama, setuju,” Mas Suryo menutup laptop dan merapikan tas kerjanya.

“Baiklah Mas Suryo, saya tunggu besok,” Sari langsung berdiri tanpa pamit dan berjalan menuju ke arah pintu, membuka pintunya dan keluar.

Sari berjalan cepat menuju ke ruangan kerjanya sembari membuka Hp-nya, mengetik sesuatu di WhatsApp ke Joni, “Aku sudah ketemu Mas Suryo, tukang adu domba dan playing victim!” Sari langsung menutup kembali Hp-nya.  

Tamat

Ulasan : 

STRAWMAN

Di dalam tulisan Playing Victim, baik bagian 1 dan 2  memuat beberapa  sesat logika, yang paling menonjol adalah sesat logika Appeal To Pity atau Argumentum ad Misericordiam yakni jenis argumen yang mencoba membujuk atau mempengaruhi keputusan seseorang dengan memanfaatkan emosi belas kasihan atau rasa kasihan orang yang sedang diajak bicara sehingga orang bisa berempati terhadap dirinya dan hal tersebut sesuai dengan judul tulisan di atas yakni  Playing Victim.

Salah satu contohnya ada dalam tulisan Playing Victim 2 kalimat: “ Sar, kamu perlu tahu Joni saja paham kelelahan saya, jasa saya yang sudah bangun koperasi bertahun-tahun tapi tidak ada yang hargai saya,” keluh Mas Suryo. Pada kalimat ini tergambar jelas bagaimana Mas Suryo berupaya memanfaatkan emosi saat memberikan argumentasi kepada Sari. Dengan menyampaikan bahwa Mas Suryo kelelahan membangun koperasi bertahun-tahun. 

Selain Appeal to pity, ada beberapa sesat logika salah satunya yang belum pernah dibahas adalah Strawman. Strawman adalah kerancuan atau kesalahan logika/pikir yang terjadi ketika seseorang terlalu mudah menyederhanakan argumentasi lawan agar mudah dibantah. Contoh Dalam Playing Victim bagian 2 pada kalimat: “Kamu saja sekarang ketemu saya dengan pertanyaan yang sama dengan yang lain. Kok bisa beberapa orang bertanya hal yang sama? Apa kalian sudah kompakan diskusi soal ini untuk membuat seolah-olah saya membohongi kalian?”. Topik intinya adalah Sari menanyakan hal yang sama dengan yang lain. Alih-alih menjawab pertanyaan, tokoh Mas Suryo malah mengalihkan atau memelintir dengan sebuah argumen bahwa semuanya menuduh dia sebagai pembohong untuk melemahkan posisi  penanya termasuk tokoh Sari tentunya.

Masih ada beberapa sesat pikir/sesat logika dalam kisah yang ada dalam Playing Victim, kira-kira ada yang teman-teman temukan lagi? Silakan tulis ya dalam kolom komentar. 

Referensi :

Sidharta, B.Arief. 2020. Pengantar Logika. Bandung: Refika Aditama. 

Faiz, Fahruddin. 2024. Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika. Yogyakarta:MSJ.Press

Leave a Reply