“Aku senang Mawar terpilih jadi manager, tiap pagi tersenyum dan menyapa dengan ucapan ‘Selamat pagi’. Rasanya jadi gimana gitu, hmmm, ramahlah dibandingkan Luna. Mawar hatinya lembut dan baik hati. Bagus deh Luna sudah lengser jadi manager,” ujar Jimmy bersemangat.
“Eh Jim, kamu yakin banget sih, emang kamu sudah kenal Mawar?” tanya Cici penasaran.
“Belum kenal banget tapi kalau orang sering senyum berarti hatinya lembut. Kalo Luna orangnya cuek, gak peduli, jarang senyum. Wajahnya dingin gitu, duh aku takut deh kalau sama dia. Apalagi katanya dia kejam lho dengan bawahan,” jawab Jimmy merapikan rambut klimisnya.
“Oh ya? Aku baru dengar dia kejam. Memang ada kasus apa sampai Luna dibilang kejam? Aku tahu Luna gayanya cuek, wajahnya memang agak dingin dan datar tapi bisa senyum juga, kamu gak pernah coba sapa dia sih. Sesekali sapa dong lalu coba ajak ngobrol,” cetus Cici menyenggol lengan Jimmy.
“Masa kamu gak dengar kasus Jingga yang kena SP-1 dari Luna? Ini sudah jadi gosip saat lunch,” kata Jimmy.
“Ohh kasus Jingga kena SP-1 ya. Aku sudah dengar soal itu. Tapi bukannya dia buat salah? Jingga memang sering telat masuk kerja dan bolos, gak ada izin ke atasannya. Aku kan satu tim dengan Jingga sering ketiban kerjaan karena dia tiba-tiba gak ngantor. Kalau ditelepon/di-WA mati centang satu, susah kan kerja tim dengan orang begitu. Males banget deh! Dalam satu bulan bisa lho dia gak ngantor lama padahal deadline-nya sudah mepet,” tegas Cici memperbaiki kacamata kucingnya.
Jimmy mengangguk-angguk paham. “Jingga parah juga ya kelakuannya, pasti aku juga sebel kalau ada kelakuan teman ganggu kerja tim. Wajar sih ya kalau Jingga terima SP-1,” ujar Jimmy.
“Lucu juga, masa iya gara-gara Luna berikan pembinaan SP-1 ke Jingga, dibilang kejam? Dia atasannya Jingga, wajarlah kalau tegas terkait kerjaan anak buahnya. Jujur aja ya Jim, aku dan tim merasa diperlakukan adil dengan tindakannya Luna. Aku gak kebayang kalau Jingga gak dikasih SP hanya dikasih senyuman pagi, bisa kacau kerjaan timku,” tawa Cici sambil menyeruput kopinya.
Ulasan:
Argumentum ad Hominem (Abusive) – Pembunuhan Karakter dan
Hasty Generalization (Generalisasi yang terburu-buru)
Argumentum ad hominem adalah kerancuan berpikir yang terjadi jika suatu argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, khususnya dengan menunjukkan kelemahan/kejelekan orang yang bersangkutan dan tidak berusaha untuk secara rasional membuktikan bahwa apa yang dikemukakan orang yang diserang itu salah (Sidharta, 2020).
Penggambaran antara Mawar dan Luna dalam percakapan dalam cerita di atas dapat menimbulkan persepsi atas seseorang hanya berdasarkan dari ekspresi wajah. “Belum kenal banget tapi kalau orang sering senyum berarti hatinya lembut. Kalo Luna orangnya cuek, gak peduli, jarang senyum. Wajahnya dingin gitu, duh aku takut deh kalau sama dia. Apalagi katanya dia kejam lho dengan bawahan,” jawab Jimmy merapikan rambut klimisnya.
Penggambaran sepihak tanpa adanya fakta dapat menimbulkan syak wasangka, apalagi jika diiringi niat atau kesengajaan untuk menjelekkan seseorang. Tentunya hal ini akan merugikan individu yang dinilai buruk secara sepihak tanpa adanya konfirmasi atau penelusuran fakta-fakta.
Argumen seperti ini digunakan untuk menimbulkan kesan yang emosional terhadap orang tertentu bukan substansi dari suatu persoalan/tindakan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Salah atau benar suatu tindakan/permasalahan menjadi kabur karena topik pembicaraan mengarah kepada pribadi/karakter seseorang sehingga menimbulkan logika berpikir yang sesat.
Selain itu dalam sesat pikir dikenal juga dengan istilah Hasty Generalization yakni jenis kesalahan berpikir dan bernalar (logical fallacy) yang terjadi ketika seseorang membuat kesimpulan umum berdasarkan sampel yang terlalu sedikit atau tidak cukup bukti. Seperti kalimat di atas, membuktikan kalau Jimmy melakukan generalisasi terburu-buru karena menyatakan bahwa jika orang sering senyum berarti hatinya lembut padahal:
- Tidak semua orang yang sering tersenyum itu lembut/baik.
- Tidak semua orang pendiam atau berwajah kaku itu keras/jahat.
Referensi:
Sidharta, B.Arief. 2020. Pengantar Logika. Bandung: Refika Aditama.