Profesionalisme dan Etos Kerja dalam Karier

Berbicara soal profesionalisme dan etos kerja, setiap orang pasti punya pandangannya masing-masing. Untuk saya pribadi, profesionalisme dalam dunia kerja itu bukan cuma soal gelar atau posisi tinggi di kantor. Lebih dari itu, profesionalisme dalam dunia kerja itu ketika kita bekerja sesuai kemampuan kita, menyadari batasan, menjaga etika dan berusaha berpegang teguh dengan nilai-nilai yang kita anut.

Soal etos kerja, menurut saya ini justru jadi pondasi penting dari profesionalisme itu sendiri. Sulit untuk terlihat profesional kalau etos kerjanya lemah. Profesional itu tidak hanya tentang seberapa pintar kita atau seberapa tinggi posisi kita, tapi juga menjaga bagaimana kita bersikap, terutama disiplin, tanggung jawab, fokus, dan bisa dipercaya.

Sebagai pengacara perempuan, perjalanan karier itu tidak selalu mulus. Tantangannya banyak, apalagi di lingkungan yang mayoritas masih didominasi laki-laki. Setiap tantangan yang saya hadapi menjadi bagian pembelajaran untuk saya karena di situlah selalu ada kesempatan untuk berkembang dan menunjukkan kemampuan saya dengan cara yang elegan, dan dengan kerja nyata yang bisa diandalkan. Intinya, buktikan lewat hasil bukan omongan belaka. Ibaratnya jangan menjadi “Tong kosong nyaring bunyinya”.

Disiplin dan Menjaga Profesionalisme dalam Dunia Kerja dengan Nilai Pribadi

Sejak awal memulai karier, salah satu bagian etos kerja yang selalu saya pegang teguh adalah disiplin. Pintar saja tidak cukup. Banyak orang punya kemampuan yang sama, tapi soal disiplin, proses dan hasil bisa berbeda. Ternyata, disiplin itu juga berdampak besar dalam jangka panjang, terutama dalam membentuk sikap profesional di dunia kerja.

Tentu saja, selain disiplin, ada juga nilai-nilai pribadi yang tertanam sejak dini dan terus berkembang bersama etika profesi yang terus kita jaga. Semua faktor tersebut saling mendukung.

Nilai-nilai hidup, etos kerja dan etika adalah prinsip yang saya pegang selama saya berkarier dan merupakan bekal serta kompas hidup untuk mengembangkan karier saya sampai saat ini secara profesional. Memiliki pondasi yang kuat membentuk resiliensi saya di tengah tantangan dan godaan yang kerap datang silih berganti. Di saat itulah, kita diuji untuk bisa tetap tenang, dan menjaga integritas meskipun situasinya sulit.

Tantangan Menjaga Profesionalisme Dalam Dunia Kerja

Dalam perjalanan karier saya sebagai seorang profesional hukum, saya menyadari satu hal yang paling penting untuk dijaga: integritas. Yakni bagaimana tetap tegak memegang prinsip meskipun tantangan, godaan, dan tekanan datang dari berbagai arah.

Dulu, saat memulai karier, mungkin semuanya terasa lebih idealis. Saya percaya bahwa selama kita bekerja keras dan berpegang pada aturan, semuanya akan berjalan baik. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Semakin lama saya berkecimpung di dunia hukum, saya dihadapkan pada dilema yang rumit, salah satunya keinginan klien yang terkadang belum tentu sejalan dengan nilai hidup saya atau etika profesi.

Seringkali, klien berharap terlalu “banyak” seperti kemenangan suatu perkara dari saya, seolah itu bisa dijanjikan. Tapi saya tidak bisa menjamin hasil, karena keputusan akhir bukan di tangan saya. Memberikan jasa hukum yang terbaik adalah tujuan utama, namun hubungan saya dengan klien harus merupakan suatu hubungan yang sehat dan profesional yang dilandasi dengan etika, terutama integritas.

Berkomunikasi yang baik dengan klien adalah penting sehingga kedua belah pihak dapat memahami perannya masing-masing. Tidak mudah, tapi bukan hal yang tidak mungkin.

Profesionalisme dalam Dunia Kerja bagi Pengacara Muda

Dalam perjalanan karier saya sebagai pengacara, jika disinggung satu pertanyaan: “Apa yang harus dimiliki oleh seorang pengacara muda untuk bisa sukses di dunia hukum?” 

Jawaban saya selalu kembali pada empat hal ini: belajar, disiplin, fokus, dan komitmen. Klise memang, tapi inilah pondasi yang membedakan orang yang sekadar “menjalani” profesi ini dengan orang yang tumbuh dan terus berkembang.

Saya pernah merasakan menjadi pengacara muda yang harus mengikuti arahan, terus menyerap pengetahuan dari pengalaman, hingga sering kali menahan diri saat mendapatkan tekanan dari atasan atau klien. Tapi, saya juga pernah memegang peran sebagai pemimpin yang harus mengambil keputusan, memikul tanggung jawab dan menghadapi konsekuensi atas semua keputusan yang saya ambil. Kedua posisi itu mengajari satu hal yang sama: tanpa etos kerja yang kuat, kita tidak akan mampu menjalankan peran kita dengan penuh tanggung jawab dan integritas.

Satu hal yang saya pelajari dalam perjalanan ini adalah pentingnya pengendalian diri, terutama saat keadaan tidak berjalan sesuai harapan. Banyak hal yang berada di luar kendali kita, klien yang sulit, perkara yang rumit, atau bahkan pengkhianatan dari orang yang kita percaya. Kalau kita tidak punya kendali diri, kita akan mudah kecewa dan akhirnya hancur secara perlahan. 

Jadi untuk kamu, pengacara muda yang sedang berproses, teruslah belajar, disiplin, tetap fokus, dan pegang teguh komitmenmu. Tapi jangan lupa, jaga dirimu,- secara fisik, mental, dan spiritual. Karena keberhasilan bukan hanya tentang apa yang kamu capai, tapi juga tentang bagaimana kamu menjalaninya.* (Lia Alizia)

Leave a Reply