Arah jam dinding di ruangan kerja Lisa menunjukkan pukul 11 siang dan tiba-tiba terdengar bunyi dentingan halus di hp miliknya. Lisa membuka hpnya dengan face recognition, membaca tulisan whatsapp yang masuk ke hpnya,”Lis, sibuk gak? Mau lunch di mana? Kita makan soto betawi Pak Seno yuk! Sudah kangen nih aku makan di sana sama kamu ☺. Aku lagi ada sopir, naik mobilku saja. Aku sudah 2 minggu ini nungguin kamu kapan bisa lunch bareng lagi,” teks whatsapp dikirim oleh Gunawan.
“Duh, males banget musti dengerin keluh kesah dan gosip kantor lagi,” gumam Lisa sambil menghela napas panjang dan merebahkan punggungnya ke kursi kerja. “It’s your lucky day! Aku juga lagi ngidam soto betawi Pak Seno. Kita berdua saja atau ajak yang lain?” balasan teks dari Lisa ke Gunawan sambil berharap ada teman kantor lain yang juga diajak.
“Kita berdua saja ya karena ada hal penting dan rahasia yang aku mau ceritakan ke kamu, pleaseee! ☹☹,” pinta Gunawan dalam balasan teksnya ke Lisa. Membaca teks dari Gunawan membuat Lisa membayangkan wajahnya yang memelas, bibirnya yang sering manyun dan rambut jambul klimisnya yang mirip salah satu tokoh kartun di Doraemon jaman Lisa SD kerap menimbulkan rasa iba dan membuat Lisa terkadang tidak tega untuk menolak.
“OK jam 11.50 kita ketemu di lobby bawah ya. See you!” jawaban teks Lisa.
“Rame banget ya mana agak panas lagi,” keluh Gunawan sembari menggulung lengan bajunya yang berwarna biru tua.
“Gun, duduk di situ saja lumayan dekat jendela semoga lebih adem,” ajak Lisa menunjuk ke arah meja yang baru saja dibersihkan dan mempercepat langkahnya ke arah meja itu.
“Kamu sudah tahu belum ada gosip terbaru di level trainee? Pasti gak tahu kan, kerja melulu sih,” ledek Gunawan bangga, tersenyum lebar dengan gigi-giginya yang terlihat hitam pekat bekas nikotin bercampur warna kekuning-kuningan. Lisa hanya terdiam sambil memalingkan wajahnya ke arah luar jendela, melihat mobil-mobil lalu lalang menghindar dari senyum gigi Gunawan yang menimbulkan perasaan jijik dan membuat selera makannya tetiba menghilang tanpa jejak.
“Itu loh love birds yang aku ceritakan bulan lalu ternyata sudah putus karena si cowok denger-denger punya selingkuhan di kantor lain. Katanya ketahuan oleh sahabat pacarnya yang melihat mereka lagi olah raga lari malam di GBK sambil pegangan tangan bermesraan,” terang Gunawan sambil menyuap soto betawi ke mulutnya.
“Emang bisa olah raga lari sambil pegangan tangan ya?” tanya Lisa sekedar menanggapi cerita receh Gunawan.
“Tanggapannya gak seru ah!” ujar Gunawan menatap sebal ke arah Lisa. “Aku ngajak kamu lunch karena mau ngobrol soal laporan pencapaian penjualanku 3 bulan terakhir kemarin. Pasti kamu sudah lihat juga laporan dari bagian keuangan. Aku mau minta keringanan sedikit dari kantor, maksudku fasilitas yang sekarang jangan dihapus, boleh ya Lis?” tanya Gunawan dengan wajah memelas dan bibir manyunnya.
“Iya aku sudah baca laporan keuangannya. Aku lihat angka kamu malah makin turun dari tahun lalu padahal kantor sudah berikan fasilitas tambahan yang kamu minta supaya penjualan kamu lebih bagus di tahun ini. Aku coba bantu lagi untuk yang ketiga kali tapi kali ini alasannya apa Gun?” tatap Lisa tajam ke mata Gunawan menunggu kepastian jawaban.
Gunawan mencondongkan sedikit badannya ke meja, merapikan rambut jambul klimisnya berusaha membujuk Lisa dengan tatapannya yang sendu, ”Kamu tahu banget aku ini sudah berusaha maksimal, ketemu beberapa customer blue chip sampai ngajak mereka minum ke bar dan kafe mahal di Jakarta. Aku juga perlu membelikan mobil anakku untuk dia kuliah di Tokyo. Dia sudah merengek-rengek menagih janjiku. Aku gak tegalah, kamu pasti juga gak tega sebagai seorang ibu kalau anak kamu sudah merajuk.”
“Metode marketing kamu mungkin yang perlu di-improve, kelihatannya sudah ketinggalan zaman. Kamu coba cari juga segmen customer yang beda yang lebih membutuhkan produk yang kamu jual. Kita bisa diskusi hal ini lebih detail sebelum rapat direksi bulan depan,” saran Lisa sambil mengambil emping di toples.
“Agak susah kalau langsung berubah karena aku sudah biasa dengan metode yang sekarang dan customer-customer yang sekarang juga sudah kenal baik dengan aku,” Gunawan menepis saran Lisa dan langsung menoleh jam tangan Rolex-nya. “Masa kamu gak bisa bantu aku lagi untuk tetap mempertahankan fasilitas yang sekarang? Kamu teman baikku yang paling bisa aku andalkan. Selama ini aku bilang ke orang-orang di kantor, kamu sahabatku yang paling baik, benar kan?! Aku traktir deh lunch hari ini,” bujuk Gunawan lagi, menyalakan rokoknya dengan zippo sembari menghisapnya dalam-dalam.
“Gun, kinerja penjualan produk kamu sudah turun selama 4 tahun berturut-turut. Tahun lalu kantor masih bisa paham karena ada dua customer besar kamu yang sudah likuidasi. Kamu perlu cari beberapa customer baru dengan segmen yang beda dengan yang sekarang. Kalau gak inovatif dan berusaha lebih keras, kondisi kamu gak akan berubah malah bisa makin memburuk. Laporan kemarin sudah menunjukkan kondisi ini,” tegas Lisa tidak mengindahkan alasan dan rayuan gombal Gunawan.
“Sekarang sudah jam 2 siang, aku ada meeting jam 3 sore ini di kantor. Kita masih ada waktu 1 bulan lagi untuk rapat direksi, tolong kamu siapkan proposal marketing produknya dan sampaikan ke aku 2 minggu sebelum rapat, nanti kita bisa diskusi lagi. Aku gak bisa janji apa-apa sampai aku lihat proposal dari kamu ya. By the way, aku bayar sendiri lunch-ku, yuk kita balik ke kantor,” sambung Lisa berjalan santai ke arah kasir dekat pintu masuk rumah makan Pak Seno.
Ulasan:
Argumentum ad Misericordiam (Appeal to Pity; Menggugah Rasa Iba)
Kerancuan ini terjadi, jika rasa kasihan digugah untuk mendorong diterimanya atau disetujuinya suatu kesimpulan. Di sini terjadi pencampuradukan antara perasaan dan jalan pikiran orang, sehingga orang terdorong untuk menyetujui atau tidak menyetujui sesuatu.
Dalam percakapan antara Lisa dan Gunawan terlihat Gunawan meminta bantuan Lisa untuk mempertahankan fasilitas yang telah diberikan kantor kepada Gunawan walaupun kinerja penjualan Gunawan semakin menurun. Gunawan berusaha membujuk Lisa dengan memberikan alasan-alasan yang bersifat emosional yang tidak relevan dengan kinerja Gunawan yang harus diperbaiki.
Alasan-alasan tersebut adalah: (i) Gunawan membutuhkan bantuan Lisa karena anak Gunawan yang merengek minta dibelikan mobil dan dia tidak tega melihat anaknya. Gunawan lalu menyamakan perasaannya dengan Lisa yang seorang Ibu yang juga pastinya tidak tega jika anak Lisa juga merengek-rengek; (ii) Gunawan berusaha menunjukkan ke Lisa kalau mereka bersahabat baik dan pastinya Lisa akan membantunya lagi karena perasaan iba seorang sahabat. Lisa sebagai rekan kerja Gunawan berusaha memberikan saran yang logis kepada Gunawan untuk memperbaiki kinerjanya dan meminta Gunawan untuk memberikan alasan yang logis kenapa Lisa harus membantunya lagi karena fasilitas dari kantor yang diberikan kepada Gunawan harus dipertanggungjawabkan dalam rapat direksi. Gunawan terlihat tidak menerima saran dari Lisa, dan tidak dapat memberikan alasan yang logis dengan berusaha menyentuh perasaan emosional dari Lisa, berharap belas kasihannya.
Referensi:
Sidharta, B.Arief. 2020. Pengantar Logika. Bandung: Refika Aditama.